Kategori
Kepulauan Sula Opini Politik

Simulasi Konsep Bahagia Ala Kepemimpinan Bupati Fifian Adeningsih Mus

Opini – Melihat dan mencermati serta mengkaji konsep bahagia ala bupati sula, memang rasanya sangat menyedihkan dan sangat memprihatinkan, karena konsep bahagia yang jadi icon pemerintah kali ini ala hanya sekedar serimonial.

Selama kurang lebih 4 tahun Bupati Fifian menjabat, tidak ada satu terobosan atau gebrakan pembangunan yang dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Saya mencermati bahwa Bupati Fifian yang dirinya buat adalah kegiatan bimtek dan festival tak berdampak baik pada tatanan sosial budaya maupun pembangunan itu sendiri, seluruh kegiatan yang dibuat itu bukan di sula hampir semuanya dibuat di jakarta, ini kan sangat aneh kenapa karena tidak berdampak baik secara ekonomi.

Lantas simulasi bahagia ala Bupati Fifian model seperti tak seperti apa yang kita harapkan, seharusnya seluruh kegiatan OPD atau badan dinas sampai tingkat desa itu dibuat saja di Kepulauan Sula agar secara ekonomi bisa berdampak baik ouput dan inputnya.

Coba kita lihat mulai dari awal Bupati Fifian dilantik hingga sekarang, yang dia hasilkan hanyalah kegaduhan dan simpang siur arah kebijakan baik pemerintahan internal birokrasi maupun program kerjanya yang hanya bersifat menghambur- hamburkan keuangan daerah, kemudian model kepimimpinan yang di jalankan tak tahu mana arahnya.

Mulai polemik pengangkatan pejabat daerah, kelangkaan minyak tanah, festival tanjung waka sampai pekerjaan teknis daerah pun tidak memakai SOP yang jelas dan mendasar.

Bupati sula model Fifian Adeningsi Mus, boleh di bilang bupati yang kerap viral dengan kegaduhannya menciptakan suatu tatanan sosial ekonomi maupun pemerintahannya.

Beberapa hari lalu saya melihat ada ibu ibu pedagang pasar yang mengeluh melalui curhatan mereka tentang aktifitas perekonomian yang terjadi di pasar basanohi sula, yang terjadi ketidakstabilan ekonomi yang cukup berdampak buruk bagi ekonomi pasar di Kepulauan Sula.

Belum lagi problematika desa yang secara struktur dan tatanan pemerintahannya pakai selera bupati bukan selera masyarakat desa sendiri, tentunya ini adalah masalah yang harus menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan di Kepulauan Sula agar bupati Fifian dalam akhir masa jabatannya tidak meninggalkan tatanan yang buruk serta berdampak kasak kusuk bagi pembangunan di kepulauan sula.

Model konsep bahagia ala bupati Fifian, berbalik fakta yang terjadi sehingga bukan kebahagiaan yang dirasakan tetapi kesengsaraan dan malapetaka kehidupan daerah yang akan terjadi.

Jika hal ini terus kita biarkan sampai masa jabatan Fifian Adeningsih Mus sebagai Bupati Sula berakhir, maka sula akan terus dilabeli dengan status daerah tertinggal, lantaran tak ada kemajuan selangkah pun yang dihasilkan selama periode ini.

Oleh: Reza Redani Pora (Pemerhati Kebijakan Publik)

Kategori
Hukum Dan Kriminal Kepulauan Sula Opini Politik

Ini Tanggapan Oknum Kades di Sula Terkait Kericuhan Saat Rapat Penyampaian LPJ DD

SULA – Publik Kepulauan Sula di hebohkan dengan kericuhan saat rapat penyampaian LPJ Dana Desa tahun 2022 oleh Pemerintah Desa Waiman, Warga dan BPD di Gedung pertemuan Desa Waiman, Kecamatan Sulabesi Tengah, Kepulauan Sula, Senin (09/10/2023) kemarin.

Kepala Desa Waiman, Mahda Umanahu saat dikonfirmasi via phone mengatakan, kericuhan yang terjadi di Gedung pertemuan terkait rapat penyampaian LPJ Dana Desa tahun 2022 sudah di rencanakan oleh BPD Desa.

“Kondisi rapat kemarin itu tak steril dan memang sudah di Set oleh BPD harus ricuh agar tak jalan, pasalnya BPD hanya undang Bendahara baru, sedangkan Bendahara yang lama tidak diundang, padahal rapat itu terkait dengan penyampaian LPJ Dana Desa (DD) tahun 2022 dan itu masih Bendahara lama,” ucap Mahda, Selasa (10/10/2023).

Baca juga: Rapat Penyampaian LPJ DD Ricuh, Oknum Ketua BPD Di Sula Hampir Dilabrak Oleh Kades

Ia menjelaskan, Rapat penyampaian LPJ Dana Desa (DD) tahun 2022 itu inisiatif BPD Desa Waiman bukan Pemerintah Desa Waiman.

“Rapat kemarin atas permintaan Ketua BPD Waiman bukan Pemdes, bahkan pengumuman rapatnya di Masjid pun dilakukan oleh Ketua BPD, kemudian rapat umum yang sering dilakukan, wajib kita undang Camat sebagai pimpinan Kecamatan, akan tetapi kali ini Camat pun tak diundang, nah dari situlah saya pun merasa terjebak dengan settingan yang dilakukan oleh Ketua BPD,” ujarnya.

Baca juga: Warga dan Perangkat Desa Fokalik di Sula Nyaris Baku Hantam, Begini Penyebabnya

Mahda pun membantah terkait tudingan bahwa dirinya hampir menglabrak Ketua BPD Desa Waiman saat kericuhan di saat Rapat.

“Saya tak ada niat memukul Ketua BPD, sebagai seorang laki-laki saya wajib melindungi diri, karena saya diserang duluan saat rapat sudah ricuh,” tegasnya.

Baca juga: 10 Kasus Dugaan Korupsi DD Ditangani Kejari Kepsul, Belum Ada Progresnya

Sebelumnya, Ketua BPD Waiman, Abid Umaternate menceritakan, sampai ada kekacauan yang terjadi saat rapat di gedung pertemuan Desa Waiman, lantaran Moderator dari pihak Pemdes, keluarkan kalimat tak sepantasnya saat rapat.

“Jadi timbul permasalahannya itu dari moderator yang jabatannya sebagai kaur keluarkan kata-kata yang tak bagus saat warga bertanya, makanya kami dari pihak BPD pun tidak bisa menahan emosi kami,” kata Abid, Senin (09/10/2023) kemarin.

Baca juga: Mediasi Persoalan Boikot Jalan Menuju Lokasi FTW Di Sula Selama 10 Hari, Berakhir Bahagia

Ia juga menambahkan, Kades pun sempat mengajak dirinya untuk berkelahi saat situasi diruangan rapat sudah tak steril.

“Kades sempat undangan saya untuk berkelahi, dengan sedikit gerakan badan dan menarik tangan untuk mau memukul saya, beruntung ada banyak warga yang menahan Kades sehingga pukulannya tidak sampai ke muka saya,” bebernya.

Baca juga: Aksi Joget Dan Sawer Biduan Seksi Di Bali Oleh Oknum Kades Di Sula, Tuai Kritik

Abid berharap, Pemda Kepulauan Sula segera mengevaluasi sikap tak terpuji yang ditunjukkan Kades Waiman saat rapat bersama Warga.

“Harapan saya kepada pihak pemerintah daerah harus mengevaluasi Kades Waiman, lantaran sikap dan prilaku tak terpuji yang ditunjukan saat rapat. saya pun takutkan jangan sampai hal ini terulang kembali dikemudian hari lantaran emosional yang di lontarkan kepada warga Desa Waiman,” tutupnya.

Pewarta: Setiawan Umamit

Redaktur: TIM

Kategori
Kepulauan Sula Opini

Melihat Negeri Sula Tercinta Dalam “SIKONTOL” Ada Geli-Gelinya Juga

OPINI – Sumber daya manusia yang lumayan banyak seakan-akan sudah tak dibutuhkan di Sula tercinta, Skenario yang di siapkan kemudian peran yang di mainkan harus mengikuti endingnya bikin geli, entahlah proses yang begitu memakan waktu yang cukup lama akan menguras tenaga dan cucuran keringat pun terjatuh seketika itu lupa sampai tak terasa lelah.

Belum lagi membuang-buang waktu, biaya yang tak sedikit untuk kebutuhan, sekejap hilang demi Sistem (situasi teman-teman) hingga meninggalkan tanda tanya, padahal kalau di lihat dari masing-masing SDM yang terdata pasti ada prosesnya, namun hasilnya tidak berbuah manis tapi berujung kepedihan, sebab mereka terus berjuang sampai mendapatkan yang diinginkan, bagi siapa nasib yang baik akan dapat pulihkan Sikontol (situasi, kondisi, toleransi dan realita).

Penanganan yang di rencanakan kesan seperti permainan Domino (dobol miskin No-nasib) ketika mendapat keberuntungan angka kartu besar di persilahkan turun lebih awal ketika memegang kartu kecil belum saatnya main dan menunggu giliran.

Cara pemahaman orang yang berbeda-beda tak bisa di paksakan sebuah strategi yang di pakai untuk profesi itu sulit mendapat ruang ternyata di pikir-pikir mudah saja, tergantung Sikontol (situasi, kondisi, toleransi dan realita) di Sula Tercinta yang merindukan cerita dongeng ketika mereka yang sudah di dalam merekayasa cerita akan merasa kaya ketika belum denger cerita takut berada di tepi jurang kemiskinan SDM begitu banyak.

Namun yang berkuasa berpura-pura tuli dan menutup mata seakan-akan tak mau melihat Sikontol (situasi, kondisi, toleransi dan realita) kemudian menutup telinga seakan-akan tak mau mendengar Aspirasi (asal pikir rasa sendiri) logika yang di keluarkan untuk menjadi motivasi yang di dapat malahan serangan sakit hati dengan janji-janji manis terasa berujung pahit.

Macam-macam jalan buntu ketika mengolah di Pabrik (pasukan berdiri di kritik), tergantung kartu yang di pegang tidak kuat pasti kalah mata, kalah main salah kiu buta, sehingga kesan hanya milik mereka sendiri, tinggal tekan tombol perangkat yang tidak di butuhkan akan terhapus oleh Sistem (situasi teman-teman) terus Pemangku-pemangku kepentingan seperti raja-raja yang barusan naik tahta akan mendapatkan kemenangan, hanya mau melihat ke atas namun lupa dengan orang yang berada dibawah.

Kebanyakan kaki tangan terlihat Bahagia namun lupa susah, kebijakan yang di keluarkan petinggi hanya sepihak, kejujuran tekad melangkah serta diiringi do’a pun belum tentu mendapat keajaiban sehingga cucuran air mata orang tua memperihatinkan mewakili keresahan hati, ketika melodrama realita sekelompok orang yang di mainkan memperjuangkan nasib begitu berada dalam Negeri Sula tercinta ini bikin nyesek, kehausan dari sebuah drama Gegana (gelisah galau merana) kemungkinan ditelanjangi diri, baru dapat meraya dengan dada, sebab sudah setengah mati lakukan pengurusan malah dibuat ribet tapi masih di anggap enteng dan konyol oleh petinggi-petinggi.

Perjuangan itu butuh usaha, butuh kerja keras untuk mendapatkan hasil, Orang dekat dengan orang jauh, semuanya sama namun keadaan tidak bisa memaksakan karena perangkat Sistem (situasi teman-teman) yang tidak kuat susah di jebol, kecuali memegang kuncinya, begitu akan tak tertahankan mereka yang dapatkan kesempatan akan merasa tingkatkan kemajuan menghadapi berbagai persoalan kekejaman Dunia yang mereka belum di ijinkan.

Seketika berada di lingkaran Sula tercinta para pendengar yang bijak diruang hampa mereka akan berbagi pesan, kesabaran inilah hidup. Namun penglihatan yang buta akan dituntut curhat kepedihan di orang yang sudah mendapatkan kesenangan, mirisnya hilang rasa karena semua sudah di atur Sistem (situasi teman-teman) garis tangan yang dititipkan Tuhan, pepatah mengatakan “Berakit-rakit ke Hulu bersenang-senang ke tepian” namun menunggu antrian di antara orang-orang yang memiliki kepentingan hanya sesat yang pasti menang dan yang kalah akan menangis di atas dunia sungguh terasa miris.

Oleh: Nasrul Norau, Alumni Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Kategori
Kepulauan Sula Opini

Bijih Besi Dan Ekonomi Masyarakat Kepulauan Sula

OPINI – Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat, Mahaperkasa (QS. Al-Hadid Ayat 25). Bahkan isi kandungan QS. Al-Hadid Ayat 25 ini, dibaca dan diteliti oleh salah satu ilmuwan muslim bernama Jabir Bin Hayyan (penemu atom sebenarnya).

Bijih besi atau Iron ores merupakan bijih yang amat kaya dengan besi oksida. Di dalam bijih besi banyak campuran FeO (wustite), Fe3O4 (magnetite) dan Fe2O3 (hematite) serta beberapa senyawa pengotor lainya seperti Al2O3, MgO, SiO2 dan lain-lain sebagai komponen minor (Komatina, 2004).

Bijih besi mengandung senyawa oksida yang bernilai tinggi dengan kadar yang bervariasi di setiap wilayah. Perbedaan kadar kandungan oksida dalam bijih besi setiap daerah disebabkan oleh tatanan geologi dan proses mineralisasi disetiap wilayah.

Perbedaan kandungan oksida dalam bijih besi ini menyebabkan bijih besi dapat dimanfaatkan secara langsung sesuai dengan kadar kandungannya, seperti bijih besi dengan kandungan Fe sebesar 57,69-70% dapat dimanfaatan sebagai bahan baku semen (Baradja, 2010). Sedangkan, Usman (2009) menjelaskan bijih besi dengan kandungan lebih 70% dapat digunakan dalam pembuatan baja.

Suatu hal yang sangat menarik adalah terdapatnya kandungan mineral besi oksida seperti magnetit, hematit, dan maghemit yang ada pada bijih besi memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan industri seiring dengan kemajuan teknologi. Saat ini, magnetit digunakan sebagai tinta kering (toner) pada mesin photo-copy dan printer laser. Maghemit bahan utama untuk pita-kaset dan pewarna pada cat (Yulianto, dkk., 2003).

Hematit juga dapat dijadikan sebagai komponen utama pada pembuatan photoelectrochemical sel surya (Shinde et al., 2011), bahan utama dalam pembuatan magnet (Sebayang, 2011) dan juga sebagai katalis dalam produksi minyak (Sarker and Mohammad, 2012).

Besarnya manfaat besi oksida berupa hematit, magnetit, dan maghemit, membuat para peneliti melakukan upaya untuk mendapatkannya. Salah satu cara ialah menghilangkan pengotor yang terdapat dalam bijih besi. Menurut Anggraeni (2008) untuk memperoleh mineral magnetik dapat menggunakan magnet permanen (separator magnetik).

Beberapa uraian di atas itu, sebagai bentuk pengetahuan dasar kita dalam mengetahui manfaat bijih besi.

Lanjut, apakah bijih besi atau bijih nikel yang terkandung dalam perut bumi Indonesia ini digali dan dipakai untuk kemaslahatan ekonomi umat dan bangsa?

Tata kelola ekonomi industri pertambangan dari masa lalu hingga kini semakin memprihatinkan di negeri ang sehari-hari proklamasikan sebagai negeri yang kaya sumber daya alamnya. Kekayaan alam digali dan diambil untuk memproduksi sebagai nilai tambah, tetapi meninggalkan berbagai macam kerusakan lingkungan, yang lebih parahnya lagi pengusaha tambang di negeri ini terjerat skandal kasus korupsi, dan ‘skandal kasus korupsi’ itu bukan hanya menjerat para pengusaha tambang swasta, bahkan sampai pada tingkat pejabat negara dan para pengusaha tambang yang mengelola usaha milik negara.

Sehingga kita perlu renungkan ulang, apakah kerusakan lingkungan dan korupsi itu untuk kemaslahatan ekonomi umat dan bangsa.

Bagaimana dengan bijih besi yang terkandung di dalam perut pulau mangoli sebagai masa depan ekonomi umat dan bangsa?

Gerakan penolakan masyarakat terhadap perusahaan pertambangan bijih besi yang berada di pulau mangoli tentunya berdasarkan kajian sosial kebudayaan, ekonomi kebudayaan, serta kerusakan lingkungan dengan berbagai mempertimbangkan aspek masa depan terkhusus yakni generasi yang akan hidup di masa yang akan datang. Sebab yang selalu kita saksikan hingga kini dari akibat aktivitas pertambangan pasti selalu berdampak rusak berbagai sektor: nelayan, petani, dan ekosistem sungai di pulau mangoli. Banyak kasus telah terjadi. Misalnya, di Halmahera, di Konawe Utara, di Pulau Wawoni, dan lain-lain.

Berbagai persoalan tata kelola ekonomi industri pertambangan yang disebutkan di atas, maka sejauh mana kesiapan Pemerintah daerah kabupaten kepulauan Sula dalam rangka menyambut aktivitas produksi biji besi di pulau mangoli agar berbanding lurus dengan kesiapan penanganan dampak yang disebutkan di atas di masa yang akan datang.

Apabila tak ada kesiapan yang adil, maka tak salah masyarakat menolak perusahaan tambang yang akan beroperasi di pulau mangoli. Sebab, bijih besi yang terkandung di dalam perut pulau mangoli bukan sesuatu yang haram. Melainkan sesuatu yang boleh dimanfaatkan.

Olehnya, dalam situasi macam itu, ingatan sosial harus selalu ditumbuhkan dan dibangun terus-menerus untuk melakukan proses pembebasan ingatan akan sejarah, peristiwa, fakta dan data-data. Sejarah penderitaan dalam konteks ini harus menjadi inspirasi dalam rangka melakukan perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan penguasa. Yang dibutuhkan rakyat sekarang bukan ratu adil, tetapi hukum adil” (Islah Gusman, Buku: “Pantat Bangsaku; Melawan Lupa di Negeri Para Tersangka”, hal: 360).

Sebagai tambahan; tantangan ekonomi di masa yang akan datang adalah ekonomi lingkungan.

Oleh: Faldi Ciu (Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Muhammadiyah Kendari).

Kategori
Kepulauan Sula Opini

Cerita Seorang Pemuda Asal Sula Lulusan Arsitek, Pilih Jadi Tukang Pangkas Rambut

SULA – Peka melihat peluang adalah kunci dalam berwirausaha. Pengalaman sehari-hari kadang kala menjadi pijakan awal untuk mulai berpikir menggeluti usaha sendiri untuk menghidupi dan membantu orang lain.

Hal tersebut dialami oleh Tri Rizkal Warang, pemuda asal Desa Mangoli, Kecamatan Mangoli Tengah, Kepulauan Sula yang sukses dengan usaha pangkas rambut yang didirikan mulai dari tahun 2017 sampai 2023.

Tri Rizkal Warang menceritakan, dirinya memang berniat punya usaha pangkas rambut saat masih kuliah.

“Saya memang ingin buka usaha Barbershop sejak kuliah, dan tidak ingin bekerja kantoran ataupun PNS,” ucap Rizkal di sela-sela memangkas Rambut salah satu pelanggannya, Minggu (20/08/2023).

Baca juga: Cerita Mahasiswa Unkhair Asal Sula Yang Kerap Kampanyekan Kebersihan Di Taman Wansosa

Ia bilang, buka usaha pangkas rambut menjadi pilihannya dan ia juga merasa yakin usaha pangkas rambut tidak pernah mati.

“Usaha ini tak akan pernah mati, karena hampir semua orang membutuhkannya agar terlihat stylist dan rapi ketika rambutnya di pangkas,” imbuhnya.

Baca juga: 29 Tahun Mengelilingi 25 Negara, ini Alasan Pria Asal Kanada Menetap di Kepulauan Sula

Ia menceritakan, ketika di Manado saat masih kuliah, dirinya sering pangkas rambut teman kuliah dan teman kos- kosan, kemudian teman-temannya sarankan buka usaha pangkas rambut.

“Hasil pangkasan saya, menurut teman- teman rapi dan bagus, sehingga mereka pun menyarankan untuk buka usaha pangkas rambut atau Barbershop, Setelah melalui pertimbangan yang cukup matang, maka begitu lulus, saya pun langsung mengeksekusi apa yang menjadi keinginan serta dorongan dari teman- teman kuliah saya,”tandasnya.

“Pangkas Rambut Milik Tri Rizkal Warang”. Foto: Iwan.

Lanjut Ikal (Nama panggilan akrabnya) mendirikan usaha pangkas rambutbya di wilayah Kota Sanana Kabupaten Kepulauan Sula 2017 dengan nama “TRW Barber Shop”.

“Saat mendirikan usaha modal saya sendiri dan tak mau merepotkan orang tua, untuk modal awal usaha pangkas rambutnya 14 Juta, saya dapatkan modal itu karena sering dapa job panggilan seperti Gambar Peta untuk Admistrasi Desa, peta batas wilayah antar Desa serta Denah rumah,” ujarnya.

Baca juga: Kreatif! Lantaran Kecewa, Pemuda Desa di Sula Kritik Sikap Kadesnya Lewat Puisi

Saat membuka usaha pangkas rambut, kala itu ia sendiri yang memangkas rambut sempat juga di usir oleh pemilik tempat usahanya lantaran terlambat bayar sewa tempat usaha.

“Namun Alhamdullilah, setelah hasil jatuh bangun dirikan barbershop beberapa tahun yang lalu, akhirnya tahun ini saya bisa bangun sendiri Usaha Barbershop dan memiliki 2 orang karyawan,” imbuhnya.

“Sertifikat MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) yang Diterima Oleh Tempat Pangkas Rambut Milik Tri Rizkal Warang,” Foto: Iwan.

Untuk penghasilan, kata Ikal, sebulan pendapatan bersihnya mencapai Rp 6 Juta.

“Kalau rezekinya bagusnya, bisa kantongi per hari 400 Ribu,” jelasnya.

Baca juga: Sejumlah Nelayan Di Kepsul Curhat, 4 Hari Tak Melaut Lantaran Sulit Dapat Pertalite

Ikal yang juga lulusan S1 Arsitek tahun 2015 Universitas Sam Ratulangi Jurusan Arsitektur program study perencanaan Wilayah dan Tata Kota mengatakan, usahanya ini semata-mata ingin ikut menolong orang lain yang belum memiliki pekerjaan.

“Bagi saya sukses itu ketika kita mempunyai usaha sendiri dan bisa memperkerjakan orang lain,” pungkasnya.

Baca juga: Usir Panwascam Saat Jalankan Tugas, Ketua Bawaslu Sula: Masalah Bupati Fifian Sudah Ditindaklanjuti ke Bawaslu RI

Adi, salah satu Karyawan yang kerja pada tempat usaha pangkas rambut atau Barbershop milik Rizkal, menyampaikan bahwa Sosok Rizkal tidak gampang menyerah.

“Kaka Rizkal orangnya kreatif serta inovatif dalam menjalankan usaha Barbershop,” ujarnya.

Baca juga: Curhat Orang Tua Seorang Anak Penderita Gizi Buruk Saat Disambangi Sejumlah Wartawan Sula di Kamar Kosnya

Walaupun jatuh bangun dengan usahanya, tapi ia tetap Konsisten sehingga ia bisa memiliki salah satu tempat pangkas rambut yang cukup bagus untuk ukuran Kota Sanana.

“Ketika karyawan buat salah, dia akan panggil kami secara baik untuk menegur kami, terus untuk hal keuangan dia selalu terbuka dengan kami para karyawan, hal itu yang buat saya bertahan kerja dengan dia selama bertahun- tahun,” cetusnya.

Baca juga: Seorang Pelanggan Toko MR DIY Kepsul Ngamuk di Kasir, Ini Persoalannya

Ari, Pelanggan tetap pangkas rambut milik Ikal merasa senang dengan pelayanannya kepada para pelanggan.

“Pelayanannya bagus, yang buat saya kagum Ikal pun ikut juga sama- sama bekerja dengan karyawannya,” ucapnya.

“Dandim 1510/Sula Bersama Tri Rizkal Warang di Tempat Pangkas Rambut Miliknya,” Foto: Iwan.

Untuk kualitas potongan rambutnya, sambung Ari, pasti mantap terus harga pangkas rambutnya pun murah.

“Harganya juga sesuai isi dompet kami para pelanggan,” tutupnya.

Pewarta: Setiawan Umamit

Redaktur: TIM

Kategori
Hukum Dan Kriminal Kepulauan Sula Opini Politik

KPK RI: DPR dan Pemda Kepsul, Jangan Ada Konspirasi Jahat Hingga Proyek Mangkrak

SULA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia memberikan peringatan keras ke anggota DPRD dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara agar tidak bersekongkol untuk menilep anggaran daerah serta KPK RI juga warning Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula supaya tidak nepotisme terkait promosi jabatan ASN.

Hal Ini Ditegaskan, Kepala Satgas Koordinasi Supervisi Wilayah V KPK RI, Dian Patria melalui pertemuan resmi dengan anggota DPRD dan Bupati Kepulauan Sula serta pimpinan OPD nya di Istana Daerah, Desa Fagudu, Kecamatan Sanana, Selasa (22/08/2023).

“Kita lakukan pencegahan dulu, setelah itu baru dilakukan penindakan. Pencegahan harus dilakukan karena jangan sampaikan wilayah dengan APBD yang kecil, seperti di Kabupaten Kepulauan Sula yang hanya Rp 800 miliar dengan pajak daerah yang kecil, tetapi masih ada oknum yang sengaja main. Beban APBD untuk belanja pegawai itu kan besar, termasuk juga ke masing-masing OPD, jadi jangan lagi ada yang main-main proyek. Jangan ada konspirasi antara DPRD dan eksekutif, sehingga proyek jadi mangkrak, sehingga pekerjaan tidak selesai dan jadi beban utang,” ujar Dian Patria.

Baca juga: 10 Kasus Dugaan Korupsi DD Ditangani Kejari Kepsul, Belum Ada Progresnya

Menurutnya, perkara dugaan tindak pidana korupsi tidak akan dihapus selama 18 tahun. Artinya, jika ada praktik korupsi di Kabupaten Sula yang belum diusut tuntas penegak hukum tahun ini, maka akan dilanjutkan tahun-tahun selanjutnya. Selain itu, KPK juga mengingatkan supaya tidak terjadi pembayaran kegiatan proyek yang menyalahi aturan.

“Jangan sampaikan proyek baru 50 persen, tapi sudah dibayar 90 persen. Kalau kalian punya niat buruk, sudah pasti perjalanan akan bermasalah,” ucapnya.

Baca juga: Kejari Terima Belasan Proyek Dari Pemda Kepsul, Immanuel: Itu Bukan Proyek Tapi Hibah Fisik

Dian Patria Pun mengaku, bahwa KPK RI mencium aroma tidak baik, di mana ada juga Pemda Kepulauan Sula melakukan pembayaran 100 persen terhadap proyek yang mangkrak. Bahkan, memenangkan rekanan yang ternyata tidak memiliki alat untuk mengerjakan proyek.

“Praktik begini sering terjadi, biasanya setiap Bupati memberikan hadiah tim suksesnya dengan cara-cara begitu. Jangan karena mereka tidak punya alat lalu dikasih proyek. Ini bahaya. Mari kita jaga sama-sama untuk membangun Sula. Saya mohon dukungan dari Kejari dan Polres Sula untuk sama-sama melakukan perbaikan,” harapnya.

Pewarta: Setiawan Umamit

Redaktur: TIM

Kategori
Kepulauan Sula Opini Politik

FTW Tahun 2023 Akan Dihelat, Akademisi: Pariwisata Itu Butuh Sarana Dan Prasarana Pendukung

SULA – Akhir-akhir ini program Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula melalui Dinas Pariwisata (Dispar) untuk menggelar kegiatan Festival Tanjung Waka (FTW) di tahun 2023 tuai banyak kritikan dari kalangan masyarakat, bahkan aksi menolak FTW 2023 melalui media masa cukup ramai dibicarakan.

Melihat dinamika itu, Akademisi STAI Babussalam Sula Maluku Utara Mohtar Umasugi kembali angkat bicara soal kegiatan FTW yang akan digelar kembali di tahun 2023, menurutnya pemerintah Daerah Kepulauan Sula sebagai penyelenggaran kegiatan FTW harus mengedepankan 5 pendekatan berfikir filosofis sebelum selenggarakan sebuah kegiatan.

“Pemerintah Daerah harus mengedepankan 5 pendekatan berfikir filosofis sebelum menyelenggarakan kegiatan diantaranya berfikir rasionalitas, berfikir sistematis, berfikir objektif, berfikir radikal analisis dan berfikir Universal agar tidak terkesan tiba saat tiba akal, ” Kata Mohtar Umasugi yang juga mahasiswa pascasarjana S3 UMPAR, Selasa (22/08/2023).

Baca juga: 10 Kasus Dugaan Korupsi DD Ditangani Kejari Kepsul, Belum Ada Progresnya

Lanjut Mohtar, maksud dari rasional yaitu untuk mengukur, apakah kegiatan yang di selenggarakan masuk akal atau tidak saat dijalankan dalam realitas terkini di Kepulauan Sula, sementara maksud objektif adalah pemda bisa melihat keadaan secara sadar tanpa tendensi kepentingan tertentu.

“Untuk radikal analisis itu maksudnya Pemerintah Daerah jika berhadapan dengan dinamika haruslah mengedepankan ketajaman analisis atas sebuah masalah yang dihadapi agar tidak terkesan menyelesaikan masalah muncul masalah lagi,” bebernya.

Baca juga: Diperiksa 4 Jam Lebih Terkait Kasus Dugaan Korupsi, Oknum Anggota DPRD Di Sula Malah Kabur Lihat Wartawan

Mohtar pun menjelaskan, sistematis tersendiri sendiri adalah posisi dimana Pemerintah Daerah bisa selenggarakan sebuah program dengan cara yang tidak terlihat asal buat program melainkan sudah pada proses yang terencana dan tidak amburadur, dan Universal adalah dalam sebuah kegiatan.

“Pemerintah Daerah harus dapat menyentuh seluruh unsur masyarakat dan seluruh aspek yang menjadi indikator pembangunan itu sendiri,” tandasnya.

Baca juga: Praktisi Hukum: Timbun BBM Bersubsidi Itu Jelas Tabrak Aturan, Harus Ada Sanksi

Sementara terkait polemik FTW itu sendiri, dosen di Kampus STAI Babussalam Sula Maluku Utara itu justru menyampaikan, sah-sah saja kalau Pemerintah Daerah tetap buat demi mengakomodir program yang telah direncanakan, akan tetapi pemda wajib membuka pikiran dengan poin-poin yang sudah ia tawarkan di atas.

“Kalau Pemerintah Daerah mau gelar festival silahkan karena sudah ada dalam rancangan program, hanya saja jangan melepas diri dari 5 aspek tersebut, karena untuk pariwisata itu butuh sarana dan prasarana pendukung seperti jalan jembatan dan lain sebagainya,,” tutup Mohtar yang akrab disapa bang Mo.

Pewarta: Ilham Usia

Redaktur: TIM

Kategori
Kepulauan Sula Opini Politik

Kreatif! Lantaran Kecewa, Pemuda Desa di Sula Kritik Sikap Kadesnya Lewat Puisi

SULA – Sikap Masni Sapsuha, Kepala Desa Auponhia, Kecamatan Mangoli Selatan buat Pemuda Desanya Kecewa, lantaran tak berpartisipasi pada Kegiatan Ikatan Pelajar Mahasiswa Auponhia ( IPMA ) dan sejumlah pemuda Desa Auponhia untuk menyambut HUT RI ke-78.

Hal tersebut di sampaikan Rifaldi Umafagur, Pemuda Desa Auponhia sekaligus Sekretaris Panitia Kegiatan turnamen IPMA Cup saat dikonfirmasi Linksatu.

“Kades tak partisipasi sepeserpun pada kegiatan kami, untuk anggarannya dibantu BPD desa serta usaha kami sendiri,” kata Rifaldi, Selasa (22/08/2023).

Baca juga: Warga dan Perangkat Desa Fokalik di Sula Nyaris Baku Hantam, Begini Penyebabnya

Ia menambahkan, padahal ada anggaran kepemudaan pada Dana Desa (DD).

“Padahal kita tahu, anggaran kepemudaan itu ada di dalam Dana Desa (DD) sesuai UU no 60 tahun 2014 pasal 16 poin B, kemudian Dana tahap 2 sudah cair bulan di bulan Agustus,” bebernya.

Baca juga: Diperiksa 4 Jam Lebih Terkait Kasus Dugaan Korupsi, Oknum Anggota DPRD Di Sula Malah Kabur Lihat Wartawan

Rifaldi pun menceritakan, Kegiatannya diselenggarakan beberapa hari saja lantaran kekurangan anggaran.

“Kegiatannya dari tanggal 8 sampai 16 Agustus, sebenarnya ada banyak mata lomba, cuma anggaran tak mencukupi terpaksa kami harus siasati beberapa item lomba saja seperti lomba sepak bola gawang, dan beberapa lomba lainnya,” ujarnya.

Baca juga: Sebuah Kapal Tol Laut Beroperasi Di Sula, Diduga Muat Besi Tua Bermasalah Senilai Ratusan Juta Dijual Ke Surabaya

Ia juga mengaku, sangat kecewa dengan sikap Masni Sapsuha, Kepala Desa Auponhia yang tak respon dengan kegiatan Pemuda.

“Alhamdulillah kegiatan kami berjalan lancar dan sukses, jujur kami para pemuda sangat kecewa dengan sikap kepala desa Masni Sapsuha,” pungkasnya.

Baca juga: Usir Panwascam Saat Jalankan Tugas, Ketua Bawaslu Sula: Masalah Bupati Fifian Sudah Ditindaklanjuti ke Bawaslu RI

Rifaldi pun mempertanyakan kinerja Masni Sapsuha Kepala Desa Auponhia terkait realisasi Dana Desa (DD).

“Mungkin Dana Desa Auponhia sudah habis terpakai, namun anehnya tidak ada pembangunan di desa kami selama pencairan Dana Desa, bahkan kemarin ada kegiatan gerak jalan di kecamatan, biaya transportasinya Pemerintah Desa malah minta sumbangan kepada warga yang mempunyai kios,” tutupnya.

Baca juga: Kejari Terima Belasan Proyek Dari Pemda Kepsul, Immanuel: Itu Bukan Proyek Tapi Hibah Fisik

Berikut Puisi khusus untuk Masni Sapsuha Kepala Desa Auponhia yang ditulis Rifaldi.

Untuk Tuan Yang Buram Melihat Kami

Wahai tuan, apakah kau itu akan abadi.?

Tuan, apakah kedudukanmu takan terganti.?

Apakah generasi sudah tak di perlukan lagi.?

Tuan, jika kehidupanmu tidak abadi, ya tentu setelah tuan, pasti diganti oleh kami para generasi saat ini.

Tuan, kalau penggantimu ilah generasi, saat ini kami butuh asih di kasih dukungan, aspirasi, motifasi, yang dengan penuh kasih merawat kami.

Tuan, jika tak mampu memberikan asih, dukungan, aspirasi dan motivasi. Setidaknya masih ada rasa kasihan, setidaknya bisa memfasilitasi kami, lalu biar aspirasi dan motifasi, kami lahirkan sendiri.

Dan jika jabatan membuat anda buram, kecilkan mata biar anda bisa melihat samua derita. Biar generasi tidak buta ketika menjadi pengganti anda.

Untuk itu tuan, demi 175 generasi desa auponhia, bisakah kau berjanji, jangan biarkan desa auponhia kedepannya penuh dengan derita? karna generasi tak tau apa-apa seperti derita disaat polo kalapa.

Tuan oh tuan, tolong hargai kesabaran generasi saat ini, jangan sampai kami generasi merasa terhina lalu memberontak.

Kami tak di asingkan pemerintah daerah. Oleh karnanya tuan harus tahu pentingnya kami, untuk itu Demi masa depan kampung ini.

Kami berjanji akan cari asih, aspirasi, bahkan fasilitasi sendiri. Kami harus mandiri demi kemajuan desa auponhia tercinta ini.

Selama Berita ini dipublish, Pewarta masih mencoba mengkonfirmasi Masni Sapsuha Kepala Desa Auponhia terkait keluhan Pemuda di Desanya.

Pewarta: Setiawan Umamit

Redaktur: TIM

Kategori
Hukum Dan Kriminal Kepulauan Sula Kota Ternate Opini Politik Pulau Taliabu

Diperiksa 4 Jam Lebih Terkait Kasus Dugaan Korupsi, Oknum Anggota DPRD Di Sula Malah Kabur Lihat Wartawan

SULA – Kejaksaan Negeri (Kejari) Kepulauan Sula, Maluku Utara terus lakukan penyidikan dengan memintai keterangan saksi terkait Kasus dugaan korupsi biaya tak terduga (BTT) tahun 2021 senilai 28 miliar.

Hal ini terbukti, Lasidi Leko, Ketua DPC Partai Bulan Bintang (PBB) Kepulauan Sula yang juga masih Anggota DPRD aktif diperiksa selama 4 jam lebih, mulai dari Pukul 01:12 WIT sampai 05:20 WIT di ruangan penyidik Kejari Kepulauan Sula, Senin (21/08/2023).

Ainur Rofiq, Jaksa Fungsional Pidsus Kejari Kejari Kepsul saat dikonfirmasi awak media pun membenarkan adanya pemeriksaan Ketua DPC Partai Bulan Bintang (PBB) Kepsul.

“Tadi kami lakukan pemeriksaan terhadap pak Lasidi Leko terkait kasus dugaan korupsi dana BTT tahun 2021,” katanya.

“Lasidi Leko Saat Menitip Handphone Untuk Menuju Ruang Penyidik Kejari Kepsul Untuk Diperiksa,” Foto: Iwan.

Namun ketika disentil awak media terkait pemeriksaan Lasidi Leko tentang keterlibatannya dengan dugaan Alkes yang disimpan di Sekretariat PBB Kepulauan Sula senilai 5 miliar, Jaksa terkesan menutup-nutupinya.

“Kalau persoalan Alkes itu, silahkan konfirmasi ke bersangkutan, kalau itu bukan ranah saya,” ujar Ainur Rofiq, Jaksa Fungsional Pidsus Kejari Kepsul.

Baca juga: Kejari Terima Belasan Proyek Dari Pemda Kepsul, Immanuel: Itu Bukan Proyek Tapi Hibah Fisik

Tidak sampai disitu, awak media mencoba kembali menanyakan terkait beberapa saksi yang diperiksa terkait kasus dugaan korupsi dana biaya tak terduga (BTT) tahun 2021 senilai 28 miliar, Jaksa Ainur Rofiq pun tak bisa berkomentar lebih.

“Maaf pak kalau terkait jumlah saksi, saya tak bisa menginformasikan karena itu diluar kapasitas saya,” pungkasnya.

Baca juga: Warning! Kepala Kejari Kepsul, Jangan Bermain-main Licik dengan Uang Negara

Sekedar informasi, beberapa pewarta sempat kewalahan untuk konfirmasi ke Lasidi Leko, lantaran dirinya keluar dari pintu samping Kejari Kepsul bukan dari pintu depan yang awalnya beliau masuk.

Beberapa pewarta sempat melihat Lasidi, langsung mengikutinya untuk menanyakan terkait dirinya yang diperiksa berjam-jam oleh jaksa, namun anehnya Lasidi pun mempercepat langkah keluar dari pintu gerbang Kejari Kepsul, terkesan hindari sejumlah pewarta yang ingin mewancarainya.

Pewarta: Setiawan Umamit

Redaktur: TIM

Kategori
Kepulauan Sula Kota Ternate Opini

Cerita Mahasiswa Unkhair Asal Sula Yang Kerap Kampanyekan Kebersihan Di Taman Wansosa

SULA – Saiful Banapon (19) Salah Satu Mahasiswa Universitas Khairun (Unkhair) Ternate asal Desa Nahi, Kecamatan Sulabesi Barat, Kepulauan Sula terlihat berjalan mendekati setiap gajebo untuk mengumpulkan sampah para pengunjung yang tak dibuang pada tempatnya di Taman Wansosa, Desa Fagudu, Kecamatan Sanana, Minggu (13/08/2023).

Hal ini dilakukan Saiful, sebagai bentuk mengkampanyekan Budaya Kebersihan kepada pengunjung di Taman Wansosa.

“Aktivitas ini saya lakukan bersama teman-teman, agar para pengunjung menyadari bahwa buang sampah pada tempatnya adalah hal sederhana yang kita sering kita lupakan, padahal manfaatnya begitu banyak, seperti taman Wansosa terlihat bersih, indah dan pastinya akan nyaman saat duduk bersantai,” katanya.

Baca juga: Stunting Bukan Program Perlombaan, Ini Masalah Kemiskinan

Selain itu, Mahasiswa semester lima Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unkhair Ternate, Jurusan Bahasa Indonesia ini menambahkan, Sampah-sampah yang dikumpulkan akan di manfaatkan.

“Sejumlah Sampah yang didapatkan, kami pilah kembali untuk di buat Ekobrik semacam bangku yang terbuat dari sampah plastik seperti botol minum bekas,” jelasnya.

Baca juga: Curhat Orang Tua Seorang Anak Penderita Gizi Buruk Saat Disambangi Sejumlah Wartawan Sula di Kamar Kosnya

Saiful, anak bungsu dari 6 bersaudara pasangan Ajid Banapon dan Nurlia Buamona juga bilang, Kegiatan kumpul sampah bekas para pengunjung di taman Wansosa sudah beberapa hari dilakukan bersama teman-temannya.

“Kegiatan kami ini tidak rutin, seingat saya sudah 10 kali saya dan teman-teman lakukan, kadang lokasinya bukan cuma di taman Wansosa, tapi juga di depan benteng, ada juga rute kami kumpul sampahnya dari pasar, pertokoan dan kembali lagi ke taman Wansosa,” akuinya.

Baca juga: Usir Panwascam Saat Jalankan Tugas, Ketua Bawaslu Sula: Masalah Bupati Fifian Sudah Ditindaklanjuti ke Bawaslu RI

Ketika disentil akan dihina oleh pengunjung karena memungut sampah bekas, Saiful malah menjawabnya dengan tersenyum dengan raut wajah yang terlihat santai, seakan-akan, apa yang mereka lakukan ikhlas, tanpa beban dan sangat menikmatinya.

“Kami sih santai dan biasa saja, jika ada kalimat pengunjung taman Wansosa seperti begitu kepada kami, menurut kami mengangkat sampah adalah hal yang baik dan tak sulit, lantas kenapa kami harus merasa berat dan malu untuk melakukannya,” ujarnya sambil tersenyum ketika diwawancarai di sela-sela dirinya sedang berkeliling di taman Wansosa untuk mengumpulkan sampah.

Baca juga: Di Pulau Taliabu, Lagi Viral Pejabat Kompak Amnesia Berjamaah, Begini Persoalannya

Ia berharap, semoga kegiatan bersama teman-temannya dapat menjadi contoh untuk pengunjung yang hendak duduk di Taman Wansosa.

“Kebiasaan belum tentu betul, tapi yang betul harus dibiasakan, semoga aktivitas kami beberapa hari di Taman Wansosa dapat membuat para pengunjung sadar betapa pentingnya buang sampah pada tempatnya,” tandasnya.

Baca juga: Kapal Milik Mantan Bupati Kepsul Terbakar, Kerugiannya Miliaran Rupiah

Mira, salah satu pengunjung Taman Wansosa mengapresiasi Saiful dan teman-temannya yang hendak mengkampanyekan kebersihan dengan cara buang sampah pada tempatnya di Taman Wansosa.

“Bagus sekali, apa yang mereka buat, apalagi di Zaman sekarang jarang sekali kita lihat remaja-remaja yang kompak seperti Saiful dan teman-temannya lakukan hal positif seperti ini,” ucapnya.

Baca juga: Jelang HUT Kemerdekaan RI Ke- 78, PC IMM Sula Buat Pengobatan Gratis Untuk Warga

Ia pribadi pun merasa malu ketika dihampiri Saiful saat dirinya sedang duduk di taman Wansosa.

“Saat dia (Saiful) meminta permisi kemudian memungut sampah di samping gajebo yang ia duduk, Jujur saya merasa malu, karena saya pun kerap meninggalkan minuman bekas saya di gajebo tanpa harus buang pada tempatnya,” tutupnya.

Pewarta: Setiawan Umamit

Redaktur: TIM